31 Oktober, 2009

Kisah paku dan pagar

Pernah ada seorang anak lelaki yang buruk perangainya. Ayahnya memberi dia sekantung penuh paku, dan menyuruh memaku satu batang paku di pagar pekarangan rumah setiap kali dia kehilangan kesabarannya atau berselisih faham dengan orang lain.Hari pertama dia memaku 37 batang paku di pagar. Pada minggu-minggu berikutnya dia belajar untuk menahan diri, dan jumlah paku yang digunakannya berkurang dari hari ke hari. Dia mendapai bahawa lebih mudah menahan diri daripada memaku di pagar.Akhirnya tiba hari ketika dia tidak perlu lagi memaku sebatang paku pun dan dengan gembira disampaikannya hal itu kepada ayahnya.Ayahnya kemudian menyuruhnya mencabut sebatang paku dari pagar setiap hari apabila dia berjaya menahan diri/bersabar. Hari-hari berlalu dan akhirnya tiba masanya memberitahu kepada ayahnya bahawa semua paku sudah tercabut dari pagar.Si ayah membawa anaknya ke pagar dan berkata: ”Anakku, kamu sudah berlaku baik, tetapi cuba lihat betapa banyak lubang yang ada di pagar.”Pagar ini tidak akan kembali seperti semula. Kalau kamu berselisih faham atau bertengkar dengan orang lain, hal itu selalu meninggalkan luka seperti pada pagar.Kau bisa menusukkan pisau di punggung orang dan mencabutnya kembali, tetapi akan meninggalkan luka. Tak peduli berapa kali kau meminta maaf/menyesal, lukanya tetap kelihatan. Luka melalui ucapan sama perihnya seperti luka fizikal. Kawan-kawan adalah perhiasan bagimu. Mereka membuatmu tertawa dan memberimu semangat. Mereka bersedia mendengarkan jika itu kau perlukan, mereka menunjang dan membuka hatimu. Tunjukkanlah kepada teman-temanmu betapa kau menyukai mereka.Yakinlah pada dirimu ketika berkata: ”Aku mencintaimu." Jika kau berkata: “Aku menyesal,” tataplah mata lawan bicaramu.Jangan permainkan harapan orang lain. Mungkin kau bisa tersinggung,tetapi itulah satu-satunya cara untuk menjalani hidupmu.Jangan adili orang lain, tetapi adili dirimu secara kritis.

Tiada ulasan: